SEMESTER I

Rabu, 25 Maret 2015

MOTIVASI, KEPEMIMPINAN, DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL (INISIASI 4)

Inisiasi 4

Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi
Pengertian Motivasi
Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat, harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
   
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena adanya :
    1. Keinginan untuk hidup
    2. Keinginan untuk memiliki sesuatu
    3. Keinginan akan kekuasaan
    4. Keinginan akan adanya pengakuan

Sehingga secara singkat, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau keinginan yang dapat dicapai dengan perilaku tertentu dalam suatu usahanya.

Teori Hierarkhi Kebutuhan Maslow - Manusia Piramida
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.
Lima kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1.      Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3.      Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4.      Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

Teori ERG Clayton Alderfer - Manusia Tiga Tingkat
Teori ini membagi kebutuhan hanya menjadi 3 (tiga) tingkat :
1.       Kebutuhan Existence kebutuhan fisiologis dan rasa aman (dua tingkat pertama Maslow)
2.       Kebutuhan Relatedness kebutuhan sosial dan struktur sosial (tingkat 3 Maslow)
3.       Kebutuhan Growth kebutuhan pengembangan diri (tingkat 4 dan 5 Maslow)

Teori Perilaku Manusia Tikus
Teori ini mengamati pelbagai perilaku orang yang memang diasumsikan bisa diukur :
1.      Jika seseorang memperoleh apa yang diinginkan, maka "penghargaan positif meningkatkan kinerja"
2.      Jika seseorang menghindari apa yang tidak diinginkan, maka "penghargaan negatif meningkatkan kinerja"
3.      Jika seseorang memperoleh apa yang tidak diinginkan, maka "hukuman menurunkan kinerja"
4.      Jika seseorang tidak memperoleh apa yang diinginkan, maka "ancaman pemecatan menurunkan kinerja"

Teori X dan Y Donald McGregor – Manusia Baik dan Jahat
Teori ini menyatakan bahwa cara pandang seorang pemimpin akan mempengaruhi caranya memotivasi bawahan.

TEORI X – pemimpin menganggap bawahan :
• Membenci pekerjaannya • Membenci tanggung jawab • Tidak terlalu berambisi • Tidak mempunyai gagasan • Tidak mampu menyelesaikan masalah • Hanya memikirkan uang • Perlu dikendalikan secara ketat • Pemalas dan tidak dapat dipercaya
sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi dengan cara cara berikut:
 Mengatakan dengan jelas apa yang harus dilakukan, kapan dan§  Membuat§ Melakukan pengawasan secara ketat §bagaimana melakukannya  § Tidak menghendaki adanya partisipasi §semua keputusan seorang diri   Mengharapkan kontribusi minimum§Penghargaan hanya dalam bentuk gaji

TEORI Y pemimpin menganggap bawahan:
• Menikmati pekerjaannya • Bersedia memberi kontribusi • Bersedia menerima tanggung jawab • Dapat membuat keputusan bagi diri sendiri • Mampu menanggulangi masalah masalah • Mampu membuat rencana rencana jangka panjang dan mencapainya
sehingga pemimpin tersebut akan memotivasi dengan cara cara berikut:
 Memberi kesempatan untuk membuat§ Memberi tanggung jawab §  Memberi mereka kesempatan memberikan§keputusan atas pekerjaan   Memberi penghargaan dengan cara lain,§saran-saran dan menjalankannya  bukan hanya dengan uang

Kepemimpinan

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut :
“Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.

Pengertian kepemimpinan menurut Goerge R. Terry (1972:458) adalah :
“Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin”.

Sedangkan, James A.F. Stoner (1982:468) mendefinisikan kepemimpinan sebagai berikut:
“Kepemimpinan manajerial sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas hubungan tugas anggota kelompok”.

Gaya Kepemimpinan

Hersey dan Blanchard membedakan adanya 4 gaya kepemimpinan, yaitu :
1.      Mengatakan (Telling), pemimpin mendefinikan peranan-peranan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas dan mengatakan pada pengikutnya apa, dimana, bagaimana, dan kapan untuk melakukan tugas-tugasnya.
2.      Menjual (Selling), pemimpin menyediakan instruksi-instruksi terstruktur bagi pengikutnya, tetapi juga suportif.
3.      Berpartisipasi (Participating), pemimpin dan pengikut saling berbagi dalam keputusan-keputusan mengenai bagaimana yang paling baik untuk menyelesaikan tugas dengan kualitas tinggi.
4.      Mendelegasikan (Delegating), pemimpin menyediakan sedikit pengarahan secara seksama , spesifik atau dukungan pribadi terhadap pengikut-pengikutnya.

Sedangkan menurut Ralph White dan Ronald Lippitt mengemukakan 3 gaya kepemimpinan sebagai berikut:
1.    Otoriter
a.     Semua determinasi “policy” dilakukan oleh pimpinan.
b.     Teknik-teknik dan langkah-langkah aktivitas ditentukan oleh pejabat satu per satu, hingga langkah-langkah mendatang senantiasa tidak pasti.
c.     Pemimpin biasanya mendikte tugas pekerjaan khusus dan teman sekerja setiap anggota.
d.    “Dominator” cenderung bersikap pribadi dalam pujian dan kritik pekerjaan setiap anggota; ia tidak turut serta dalam partisipasi kelompok secara aktif kecuali apabila ia memberikan demonstrasi.
2. Demokratis  
a        Semua “policies” merupakan bahan pembahasan kelompok dan keputusan kelompok yang dirangsang dan dibantu oleh pemimpin.
b        Perspektif aktivitas dicapai selama diskusi berlangsung. Dilukiskan langkah-langkah umum ke arah tujuan kelompok dan apabila diperlukan nasihat teknis, maka pemimpin menyarankan dua atau lebih banyak prosedur-prosedur alternatif yang dapat dipilih.
c        Para anggota bebas untuk bekerja dengan siapa yang mereka kehendaki dan pembagian tugas diserahkan pada kelompok.
d       Pemimpin bersifat objektif dalam pujian dan kritiknya dan ia berusaha untuk menjadi anggota kelompok secara mental, tanpa terlalu banyak melakukan pekerjaan tersebut.
3. Laissez-Faire
a.       Kebebasan lengkap untuk keputusan kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin.
b.      Macam-macam bahan disediakan oleh pemimpin, ia akan menyediakan keterangan apabila ada permintaan. Ia tidak turut mengambil bagian dalam diskusi kelompok.
c.       Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali.
d.      Komentar spontan yang tidak frekuen atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau mengatur kejadian-kejadian.

Model Kepemimpinan

1. Model Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)
Model kontingensi ciptaan Fred E. Fiedler merupakan “kakek” dari semua model kontingensi lainnya. Tidak ada seorang yang dapat menjadi pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu macam gaya untuk segala situasi. Pemimpin itu akan berhasil menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda untuk menghadapi situasi yang berbeda.

Ada 3 sifat situasi yang dapat mempengaruhi efektivitas kepemimpinan, yaitu :
1.      Hubungan pemimpin-anggota, merupakan variabel yang sangat kritis dalam menentukan situasi yang menguntungkan.
2.      Derajat susunan tugas, merupakan masukan kedua sangat penting bagi situasi yang menguntungkan.
3.      Kedudukan kekuasaan pemimpin yang diperoleh melaui wewenang formal, merupakan dimensi sangat kritis yang ketiga dari situasi.

2. Model 3 Dimensi Kepemimpinan  (Reddin)
            Pendekatan ini dinamakan 3-D model (model 3 dimensi) karena pendekatan ini menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan yaitu :
1.      Kelompok gaya dasar, dibagi menjadi gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
2.      Kelompok gaya efektif, dibagi menjadi gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan eksekutif.
3.      Kelompok gaya tak efektif, dibagi menjadi gaya pelari, otokrat, penganjur, dan kompromis.


3. Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Kedua orang ahli tersebut berpendapat bahwa ada tiga perangkat faktor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin dalam memilih gaya kepemimpinan yang akan dilakukan. Tiga faktor tersebut adalah :
1.      Kekuatan pimpinan, misalnya latar belakang pendidikan, latar belakang kehidupan pribadi, pengetahuan, kecerdasan, pengalaman, dan lain-lain.
2.      Kekuatan bawahan, menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila bawahan sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin memiliki tanggung jawab dalam pembuatan keputusan.
3.      Kekuatan situasi, mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti suasana organisasi, kelompok kerja khusus, tekanan waktu, dan faktor lingkungan lainnya.

4. Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam Pembuatan Keputusan (Vroom-Yetton)
Kedua orang ahli tersebut berpendapat bahwa ada dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara lain :
1. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
2. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan

5. Model Kontingensi Lima Faktor (Farris)
            Pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu sendiri maupun dari bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua sumber tersebut. Ketepatan macam perilaku pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu :
1. Wewenang pengawasan mengenai masalah yang ada
2. Wewenang anggota kelompok mengenai masalah
3. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan pada pimpinan
4. Pentingnya penerimaan keputusan pada anggota kelompok
5. Tekanan waktu

6. Model Kepemimpinan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
            Menurut penemuan studi yang pernah mereka lakukan, dapat dibedakan adanya dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu :
1.      Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan tugas.
2.      Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan antar orang.

7. Model Kepemimpinan “path-goal” (Evans dan House)
            Pendekatan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang menyatakan bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan. Pendekatan ini mencoba untuk meramalkan bagaimana perbedaan tipe imbalan dan perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan bawahan.
            Evans berpendapat bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi imbalan yang disediakan bagi bawahan sebaik seperti perasaan bawahan tentang apa yang telah mereka kerjakan untuk mencapai imbalan mereka. Misalnya, pemimpin akan manawarkan jajaran imbalan yang luas bagi para bawahan – tidak hanya upah dan promosi, tetapi juga dukungan, semangat, keamanan, serta penghargaan.

8. Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen)
            Model ini dinamakan pula “Vertical Dyadic Theory” oleh Martin J. Gannon. Dalam model ini Graen menitikberatkan pada “dyad” yaitu hubungan antara pemimpin dengan tiap-tiap bawahannya secara bebas. Tiap-tiap pemimpin harus memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap individu bawahannya. Pendekatan ini berusaha memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan.

9. Model Kepemimpinan Sistem (Bass)
            Pendekatan model kepemimpinan sistem terdiri dari :
1. Input
a.       Organisasi yang meliputi batasan, kejelasan, kehangatan, entrope, dan lingkungan luar.
b.      Kelompok kerja yang meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung jawab pada kelompok.
c.       Tugas yang meliputi umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri manajerial.
d.      Kepribadian bawahan yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan perhatian dan pikiran pada diri sendiri.
2. Hubungan
a.       Pembagian kekuasaan antara pimpinan dan bawahan
b.      Penyebaran informasi antara atasan dan bawahan
c.       Struktur ketat dan struktur longgar
d.      Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3. Perilaku Pemimpin
a.       Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
b.      Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c.       Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan, mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d.      Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan bersahabat.
e.       Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.
4. Output
a.       Prestasi
b.      Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas

10. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Menurut Hersey dan Blanchard (1982:150) berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi orang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan situasi didasarkan atas hubungan antara perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional didasarkan pada saling pengaruh antara :
1.      sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2.      sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3.      tingkat kematangan yang ditunjukan oleh para bawahan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau sasaran.
Perilaku tugas dan perilaku hubungan ditunjukan dengan kurva yang digambarkan pada jaringan dengan garis mendatar menunjukan perilaku tugas, dan garis menegak menunjukan perilaku hubungan sehingga tersusun empat macam gaya kepemimpinan seperti terlihat pada gambar berikut ini :


Diskusi 4
Top of Form
Display mode
Bottom of Form

Description: Picture of Tupi Setyowati,SE.MM.
DISKUSI 4
by Tupi Setyowati,SE.MM. - Monday, 2 March 2015, 10:13 AM

Hallo..selamat datang di forum diskusi inisaiai ke 4..
silahkan berdiskusi di forum ini. Jangan lupa untuk selalu memabaca BMP Pengantar Bisnis..Sesuai dengan materi Inisiasi 4, diskusikanlah mengenai Motivasi, kepemimpinan dan Hubungan Industrial..
Selamat Berdiskusi.


RE: DISKUSI 4

apakah Bisnis hanya cukup dengan Motivasi.?
RE: DISKUSI 4
Membangun sebuah bisnis tidak cukup dengan hanya motivasi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa motivasi memberikan energi dan semangat lebih dalam berbisnis. Namun, harus diingat dalam menjadikan bisnis yang kita jalankan berhasil, tidak mubazir dan berkembang dengan baik yang sesuai kita harapkan, maka kita harus mempunyai pengetahaun dan  pengalaman akan bisnis tersebut, mempunyai hubungan yang baik dengan orang yang akan menjadi rekan bisnis kita dan mampu menjadi leader (pemimpin) yang baik bagi orang yang akan kita pimpin dalam organisasi bisnis yang kita buat.
Terima Kasih
RE: DISKUSI 4 
lalu kenapa banyak pebisnis menggembor-gemborkan motivasi ..??
lalu apa saja yang dibutuhkan menurut anda..???
RE: DISKUSI 4

tentu tidak, bisnis harus ada juga kerja keras dan keikhlasan hati dalam menjalankan bisnis, motivasi hanya sebagai penyemangat dan dorongan untuk setiap karyawan agar lebih termotivasi dalam menjalankan bisnisnya..
RE: DISKUSI 4

apa hanya dengan ikhlas dan kerja keras saja..???
yang dimaksud kerja kerasa itu seperti apa menurut anda..???
RE: DISKUSI 4
by me 021617803 - Friday, 27 March 2015, 12:28 PM

Seperti yang kita dengar dari para pebisnis yang telah sukses dalam bisnisnya, mereka memberi motivasi bahwasannya disamping motivasi, ikhlas, kerja keras yang paling penting adalah bisnis harus segera dilakukan. Karena jika hanya dalam angan - angan, hanya dalam pemikiran dan banyak sekali pertimbangan maka akan sulit terlaksana.
Menurut saya, setidaknya kita harus tau passion kita dimana atau kita menguasai pengetahuan dibidang apa, sehingga jika mengalami kegagalan masih ada motivasi atau semangat untuk bangkit lagi. Dan pengalaman adalah guru terbesar dari menghadapi suatu permasalahan. Pegalaman tidak harus dari diri pribadi tetapi bisa dari orang lain.
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kegagalan atau keberhasilan dalam berbisnis. Hal ini juga sangat perlu diketahui guna memperkecil kemungkinan untuk gagal.
Sikap - sikap yang dibutuhkan supaya bisnis bisa berhasil adalah :
- Disiplin
- Komitmen tinggi
- Jujur
- Kreatif dan Inovatif
- Mandiri 
- Realistis
Dan faktor penyebab kegagalan diantaranya adalah :
- Tidak kompeten dalam manajerial
- Kurang berpengalaman 
- Perencanaan yang kurang matang
- Lokasi bisnis yang tidak memadai
- Buruknya efektifitas dan efisiensi
- Kurang bersugguh - sungguh
- Belum bisa beradaptasi atau belum siap dalam berbisnis
demikian dari saya, terima kasih.















1 komentar: